OBJEK FILSAFAT
Untuk membahas objek dalam filsafat, perlu
dikaji terlebih dahulu makna filsafat itu. Secara etimologis, filsafat berasal
dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani. Filsafat dalam bahasa
Inggris, yaitu philosopy, sedangkan dalam bahasa Yunani yaitu philein
(cinta) atau philos (mencintai, menghormati, menikmati) dan sophia
atau sofein (kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan atau
kejernihan). Dengan demikian, secara etimologis, filsafat atau berfilsafat
berarti mencintai, menikmati kebijaksanaan atau kebenaran Menurut
Keraf secara etimologis filsafat berarti cinta akan kebenaran; suatu
dorongan terus menerus, suatu dambaan untuk mencari dan mengejar kebenaran.
Filsafat adalah sebuah sistem pemikiran, atau
cara berpikir yang terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan kembali.
Filsafat adalah sebuah tanda tanya dan bukan sebuah tanda seru. Filsafat adalah
pertanyaan dan bukan pernyataan .Dilihat dari
arti praktisnya, filsafat adalah alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat
adalah berpikir. Jika dirumuskan kembali,
filsafat adalah suatu wacana atau perbincangan mengenai segala hal secara
sistematis sampai konsekuensi terakhir dengan tujuan menemukan
hakikatnya. Hakikat adalah pemahaman atau hal yang paling mendasar.
Setiap ilmu pasti mempunyai suatu objek tak terkecuali dalam hal
filsafat. Awalnya filsafat melakukan pembahasan tentang
segala sesuatu secara sistematis, rasional dan logis serta empiris. Dari semua
pernyataan itu intinya adalah ilmu dan filsafat adalah dua hal yang tak dapat
dipisahkan meskipun dari segi objek yang mereka punya berbeda. Adapun macam
objek dari filsafat itu terbagi atas objek material dan objek formal.
1.
Objek Material
Obyek material filsafat adalah bahan yang digunakan
sebagai pedoman dari suatu penelitian
atau objek sasaran untuk diselidik dan di pelajari. Objek material filsafat ini
akan disorot secara sistemmatis dan terperinci melalui metode ilmiah terentu dan
mengupas segala hal baik yang konkret maupun abstrak, sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara umum.
Objek material
filsafat ini merupakan salah satu hal yang penting sebagai jalan untuk
menemukan hakekat yang sebenarnya. Sebagai contoh manusia yang mengembara di
dunia menuju akherat, dalam hal ini kita tidak hanya menyorot dari satu sisi
saja melainkan dari berbagai macam sisi, seperti dari sisi manausia itu
sendiri, dunia, dan akherat. Dalam hal ini ada
filsafat tentang manusia (Antropologi), filsafat tentang alam (Kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (Teologi - filsafat
ketuhanan).
Dalam konteks hidup
beriman ini kata akherat biasa diganti dengan kata Tuhan. Antropologi, Kosmologi
dan Teologi, sekalipun kelihatan terpisah namun saling berkaitan, sebab
pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal
manusia dalam dunianya.
Objek material filsafat ini juga erat
kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Dalam dunia kefilsafatan ilmu pengetahuan ini dilahirkan atas rasa ingin tahu yang tak
berkesudahan terhadap obyek, pikiran atau akal budi yang menyangsikan akan
kesaksian indera yang ada. Karena indera dinilai sebagai objek yang sering
menipu. Pada umumnya ahli filsafat memandang filsafat sebagai suatu kritik terhadap
pengetahuan. Filsafat memeriksa dengan kritis asas - asas yang digunakan dalam
kaitannya dengan ilmu dan kehidupan sehari-hari, dan mencari suatu
ketidakselarasan yang terkandung didalam asas - asas itu. Filsafat tidak lebih
dari suatu usaha sebagai jawaban atas pertanyaan - pertanyaan secara radikal seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari hari
atau bahkan dalam kebiasaan ilmu pengetahuan. Akan tetapi arti secara kritis
adalah segala sesuatu yang diselidiki atas
problem – problem apa yang dapat ditimbulkan oleh pertannyaan –
pertannyan tersebut. Adapun arti obyek material filsafat dari segi pendidikan adalah sasaran materi penyelidikan,
pemikiran atau penelitian.
Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material
adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, kenyataan maupun
kemungkinan dan dari semua hal tersebut terbagi atas dua hal, yakni :
a.
Ada
yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang
pada umumnya atau dengan kata lain menyelidiki tentang hakekat dan realita yang ada.
b.
Ada
yang bersifat khusus yang terbagi dalam dua poin penting yakni secara mutlak
(theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik)
dan alam (kosmologi).
2.
Objek Formal
Objek formal filsafat
menggambarkan tentang cara dan sifat
berfikir subjek
terhadap objek material, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu
pada sudut pandang yang digunakan Filsafat
pendidikan dalam pemikirkan objek material filsafat. Objek formal filsafat adalah hakikat ilmu pengetahuan artinya
filsafat lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan,
seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah
dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan
pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan
aksiologis. Objek formal filsafat merupakan sudut pandangan yang ditujukan pada
bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana
objek material itu di sorot. Objek formal dan Objek Material adalah sebagai sesuatu
yang saling melengkapi keberadaanya, sehingga antara keduanya tidak dapat
terpisahkan.
3.
Perbedaan objek
material dan objek formal filsafat
Objek material filsafat
merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu
disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu
diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang
abstrak.
Obyek material filsafat ilmu itu bersifat
universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek
formal filsafat ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris.
objek material mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi
hasil-hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya dengan realisasi praktis
yang sebenarnya. Sedangkan Obyek formal filsafat ilmu menyelidiki segala
sesuatu itu guna mengerti sedalam dalamnya, atau mengerti obyek material itu
secara hakiki, mengerti kodrat segala sesuatu itu secara mendalam. Obyek formal
inilah sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan pengetahuan.
Karena filsafat berusaha mengerti sesuatu sedalam dalamnya.
4. Objek Filsafat Dalam Pendidikan
diartikan sebagai
jalan dari filsafat untuk menyelaraskan serta memadukan mengenai pendidikan.
Arti lebih sederhanannya ialah filsafat sebagai wadah untuk tercapainya suatu
nilai yang dicita-citakan selama ini. Dalam dunia pendidikan filsafat
adalah modal yang paling penting untuk dipelajari, karena dalam filsafat ini
kita akan tahu tentang hakekat dan sejatinya ilmu itu sendiri. Filsafat dalam
dunia pendidikan diibaratkan sebagai sebuah biji buah yang kemudian tumbuh
menjadi pohon yang besar dan tinggi. Hal ini bisa diungkapkan karena melalui
filsafatlah ilmu tumbuh, bercabang, kemudian bercabang lagi dan seterusnya.
Dalam rangka menggali, menyusun, dan
mengembangkan ilmu filsafat mengenai pendidikan perlu diketahui akan pola dan
pemikiran kefilsafatan pada umumnya.
a)
Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dengan kata lain
mempunyai cara berfikir yang logis dan rasional akan hakikat dan sejatinya
permasalahan yang akan dan sedang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara
sistematis dengan kata lain mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
b)
Mempunyai ruang lingkup
universal, artinya memiliki ruang yang menyeluruh dalam berbagai macam
persoalan yang dipikirkan dan mengandung berbagai macam unsur yang bersifat
umum bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk
kehidupan umat manusia, baik pada saat ini maupun masa yang akan datang
c) Peninjauan atas
masalah yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut masalah yang
mendasar sampai keakar - akarnya.
d)
Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif,
artinya pemikiran-pemikiran tersebut
tidak mempunyai dasar atas bukti - bukti empiris yang ada atau berbagai
macam eksperimen yang telah dilakukan (seperti dalam ilmu alam), akan
tetapi dari semua itu masih terkandung
nilai-nilai yang bersifat obyektif. Maksud dari nilai obyektif dalam
permasalahan ini ialah adanya suatu realitas (kenyataan) pada obyek yang
menjadi permasalahan yang selama ini dipikirkan.
Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dituangkan dalam berbagai macam lingkup yang terbagi atas dua macam bidang, yakni :
v Cosmologi
adalah pemikiran dalam suatu problematika mengenai alam semesta beserta ruang
dan waktunya, misalnya kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan,
serta proses kejadian dan perkembangan hidup manusia dan sebagainya.
v Ontologi yaitu
suatu pemikiran tentang asal - usul peristiwa di alam semesta, yang berkaitan
dengan bagaimana, kemana dan darimana
proses semua itu terjadi. Pemikiran ontologi ini memiliki tujuan untuk
menentukan seberapa kuat alam semesta ini bisa tercipta, apakah pencipta itu
bersifat monisme (satu zat ), dualisme (dua zat), dan pluralisme (banyak zat)
KESIMPULAN
1.
Secara Etimologis,
filsafat atau berfilsafat berarti mencintai, menikmati kebijaksanaan atau
kebenaran dan filsafat berarti cinta akan kebenaran; suatu dorongan terus
menerus, suatu dambaan untuk mencari dan mengejar kebenaran.
2. Objek filsafat terbagi atas dua macam yakni
objek material dan objek formal.
3.
Obyek material adalah bahan yang digunakan sebagai pedoman dari
suatu penelitian atau objek sasaran
untuk diselidik dan di pelajari.
4. Objek formal menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir
subjek terhadap objek material, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu
pada sudut pandang yang digunakan Filsafat
pendidikan dalam pemikirkan objek material
filsafat.
5.
Perbedaan Objek material dan formal Objek material
filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot
oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit
ataupun yang abstrak. Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas
pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang
nyata maupun yang abstrak.
6.
filsafat dalam
pendidikan adalah perpaduan dari jalan filsafat itu sendiri
dengan pendidikan, dengan kata lain filsafat berperan sebagai wadah untuk
terciptanya satu nilai - nilai yang penting yang selama ini dicita citakan.