Minggu, 25 Maret 2012

OBJEK FILSAFAT


Untuk membahas objek dalam filsafat, perlu dikaji terlebih dahulu makna filsafat itu. Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani. Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosopy, sedangkan dalam bahasa Yunani yaitu philein (cinta) atau philos (mencintai, menghormati, menikmati) dan sophia atau  sofein (kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan atau kejernihan). Dengan demikian, secara etimologis, filsafat atau berfilsafat berarti mencintai, menikmati kebijaksanaan atau kebenaran Menurut Keraf  secara etimologis filsafat berarti cinta akan kebenaran; suatu dorongan terus menerus, suatu dambaan untuk mencari dan mengejar kebenaran.
Filsafat adalah sebuah sistem pemikiran, atau cara berpikir yang terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan  kembali. Filsafat adalah sebuah tanda tanya dan bukan sebuah tanda seru. Filsafat adalah pertanyaan dan bukan pernyataan .Dilihat dari arti praktisnya, filsafat adalah alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat adalah berpikir. Jika dirumuskan kembali, filsafat adalah suatu wacana atau perbincangan mengenai segala hal secara sistematis sampai konsekuensi terakhir dengan tujuan menemukan hakikatnya.  Hakikat adalah pemahaman atau hal yang paling mendasar.
Setiap ilmu pasti mempunyai suatu objek tak terkecuali dalam hal filsafat. Awalnya filsafat melakukan pembahasan tentang segala sesuatu secara sistematis, rasional dan logis serta empiris. Dari semua pernyataan itu intinya adalah ilmu dan filsafat adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan meskipun dari segi objek yang mereka punya berbeda. Adapun macam objek dari filsafat itu terbagi atas objek material dan objek formal.




1.   Objek Material

Obyek material filsafat adalah bahan yang digunakan sebagai pedoman dari suatu  penelitian atau objek sasaran untuk diselidik dan di pelajari. Objek material filsafat ini akan disorot secara sistemmatis dan terperinci melalui metode ilmiah terentu dan mengupas segala hal baik yang konkret maupun abstrak, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
Objek material filsafat ini merupakan salah satu hal yang penting sebagai jalan untuk menemukan hakekat yang sebenarnya. Sebagai contoh manusia yang mengembara di dunia menuju akherat, dalam hal ini kita tidak hanya menyorot dari satu sisi saja melainkan dari berbagai macam sisi, seperti dari sisi manausia itu sendiri, dunia, dan akherat. Dalam hal ini ada filsafat tentang manusia (Antropologi), filsafat tentang alam (Kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (Teologi - filsafat ketuhanan).
Dalam konteks hidup beriman ini kata akherat biasa diganti dengan kata Tuhan. Antropologi, Kosmologi dan Teologi, sekalipun kelihatan terpisah namun saling berkaitan, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya.
Objek material filsafat ini juga erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Dalam dunia kefilsafatan ilmu pengetahuan ini dilahirkan atas rasa ingin tahu yang tak berkesudahan terhadap obyek, pikiran atau akal budi yang menyangsikan akan kesaksian indera yang ada. Karena indera dinilai sebagai objek yang sering menipu. Pada umumnya ahli filsafat memandang filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan. Filsafat memeriksa dengan kritis asas - asas yang digunakan dalam kaitannya dengan ilmu dan kehidupan sehari-hari, dan mencari suatu ketidakselarasan yang terkandung didalam asas - asas itu. Filsafat tidak lebih dari suatu usaha sebagai jawaban atas pertanyaan -  pertanyaan secara radikal seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu pengetahuan. Akan tetapi arti secara kritis adalah segala sesuatu yang diselidiki atas  problem – problem apa yang dapat ditimbulkan oleh pertannyaan – pertannyan tersebut. Adapun arti obyek material filsafat dari segi pendidikan adalah sasaran materi penyelidikan, pemikiran atau penelitian.   
Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, kenyataan maupun kemungkinan dan dari semua hal tersebut terbagi atas dua hal, yakni :
a.       Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang pada umumnya atau dengan kata lain menyelidiki tentang hakekat dan realita  yang ada.

b.      Ada yang bersifat khusus yang terbagi dalam dua poin penting yakni secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).


2.      Objek Formal

Objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan  sifat berfikir subjek terhadap objek material, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan Filsafat pendidikan dalam pemikirkan objek material filsafat. Objek formal filsafat  adalah hakikat ilmu pengetahuan artinya filsafat lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Objek formal filsafat merupakan sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot. Objek formal dan Objek Material adalah sebagai sesuatu yang saling melengkapi keberadaanya, sehingga antara keduanya tidak dapat terpisahkan.



3.      Perbedaan objek material dan objek formal filsafat

Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.  Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.
Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. objek material mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya dengan realisasi praktis yang sebenarnya.  Sedangkan Obyek formal filsafat ilmu menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti sedalam dalamnya, atau mengerti obyek material itu secara hakiki, mengerti kodrat segala sesuatu itu secara mendalam. Obyek formal inilah sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan pengetahuan. Karena filsafat berusaha mengerti sesuatu sedalam dalamnya.

4.      Objek Filsafat Dalam Pendidikan

            diartikan sebagai jalan dari filsafat untuk menyelaraskan serta memadukan mengenai pendidikan. Arti lebih sederhanannya ialah filsafat sebagai wadah untuk tercapainya suatu nilai yang dicita-citakan selama ini. Dalam dunia pendidikan filsafat adalah modal yang paling penting untuk dipelajari, karena dalam filsafat ini kita akan tahu tentang hakekat dan sejatinya ilmu itu sendiri. Filsafat dalam dunia pendidikan diibaratkan sebagai sebuah biji buah yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar dan tinggi. Hal ini bisa diungkapkan karena melalui filsafatlah ilmu tumbuh, bercabang, kemudian bercabang lagi dan seterusnya.

Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan ilmu filsafat mengenai pendidikan perlu diketahui akan pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya.
a)      Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dengan kata lain mempunyai cara berfikir yang logis dan rasional akan hakikat dan sejatinya permasalahan yang akan dan sedang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis dengan kata lain mempunyai hubungan satu dengan yang lain.

b)      Mempunyai ruang  lingkup universal, artinya memiliki ruang yang menyeluruh dalam berbagai macam persoalan yang dipikirkan dan mengandung berbagai macam unsur yang bersifat umum bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada saat ini maupun masa yang akan datang


c)      Peninjauan atas masalah yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut masalah yang mendasar sampai keakar - akarnya.

d)     Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran tersebut  tidak mempunyai dasar atas bukti - bukti empiris yang ada atau berbagai macam eksperimen yang telah dilakukan (seperti dalam ilmu alam), akan tetapi  dari semua itu masih terkandung nilai-nilai yang bersifat obyektif. Maksud dari nilai obyektif dalam permasalahan ini ialah adanya suatu realitas (kenyataan) pada obyek yang menjadi permasalahan yang selama ini dipikirkan.
Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dituangkan  dalam berbagai macam  lingkup yang terbagi atas  dua macam bidang, yakni :
v  Cosmologi adalah pemikiran dalam suatu problematika mengenai alam semesta beserta ruang dan waktunya, misalnya kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, serta proses kejadian dan perkembangan hidup manusia dan sebagainya.

v  Ontologi yaitu suatu pemikiran tentang asal - usul peristiwa di alam semesta, yang berkaitan dengan bagaimana, kemana dan darimana  proses semua itu terjadi. Pemikiran ontologi ini memiliki tujuan untuk menentukan seberapa kuat alam semesta ini bisa tercipta, apakah pencipta itu bersifat monisme (satu zat ), dualisme (dua zat), dan pluralisme (banyak zat)


















KESIMPULAN
    
1.      Secara Etimologis, filsafat atau berfilsafat berarti mencintai, menikmati kebijaksanaan atau kebenaran dan filsafat berarti cinta akan kebenaran; suatu dorongan terus menerus, suatu dambaan untuk mencari dan mengejar kebenaran.
2.      Objek filsafat terbagi atas dua macam yakni objek material dan objek formal.
3.      Obyek material adalah bahan yang digunakan sebagai pedoman dari suatu  penelitian atau objek sasaran untuk diselidik dan di pelajari.
4.      Objek formal menggambarkan tentang cara dan  sifat berfikir subjek terhadap objek material, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan Filsafat pendidikan dalam pemikirkan objek material filsafat.
5.      Perbedaan Objek material dan formal Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.  Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.
6.       filsafat dalam pendidikan  adalah  perpaduan dari jalan filsafat itu sendiri dengan pendidikan, dengan kata lain filsafat berperan sebagai wadah untuk terciptanya satu nilai - nilai yang penting yang selama ini dicita citakan.